RSS

Kerja Kantoran Picu Depresi

Depresi di kantor karena hubungan sosial yang tidak sehat

Depresi di kantor karena hubungan sosial yang tidak sehat

“Pssttt…loe tau gak gosip si A sama si F?”
“Kamu itu kerjanya apa sih!!?? gak becus!!”
“Waduh kemarin lupa absen, bisa-bisa gaji dipotong nih. arghhhh”

siapa bilang kerja itu enak? ayo, angkat jarinya. hehe..sedikit ya. enaknya paling tanggal-tanggal muda, setelahnya yang stress-lah, pusinglah, BT-lah, Bad Mood-lah, wah berbagai emosi negatif mewarnai dari hari senin sampai jumat. dalam 365 hari dikurangi hari sabtu, minggu dan libur nasional.

beban kerja di kantor bukan hanya fisik lho, karena ternyata beban pikiran paling besar pengaruhnya. suami saya, yang sudah lima kali pindah kantoran alias pindah kerja, sudah akrab sama yang namanya stress. kalo sudah begitu kayak kucing yang mau kawin deh, gak bisa diganggu..hehe..

nah, kalo sudah stress kesehatan badan juga ikut turun. jadi mudah sariawan, kena diare, kena migren, gak bisa tidur..emosi labil itu sudah pasti. buat sebagian orang adaptasi di tempat baru bisa mudah dilakukan, suami saya adalah yang sulit melakukannya.

stress tidak berhenti ketika melewati tiga bulan masa percobaan kerja. proyek yang mulai menumpuk, rekan kerja yang gak bisa kerja dalam tim, bos yang arghhh gak ngerti bawahan banget, sampai suhu ruangan kantor yang dingin abies bisa picu stress.

kalo stress ini tidak diatasi dengan baik, dan sejak dini, so pasti lama-lama bisa jadi depresi. psikolog membocorkan salah satu ciri Anda pekerja yang depresi…SUKA MELAMUN…

nah loh…coba ingat-ingat selama 12 jam kerja, banyakan kerjanya apa ngelamun? buka FB, ngetwit dan chating masih masuk aktivitas lho, jadi masih bisa dibilang aktif lah meski gak kerja (ups bela diri)..

kalo sudah begitu, jangan malu-malu untuk mencari bantuan. bisa dengan ngobrol ma sohib-sohib arisan, sama pasangan juga boleh lah, atawa cari ke RS. eit, kalo bicara masalah gangguan kejiwaan tidak harus ke RS jiwa lho. lebih benarnya datang ke psikiater. dan mereka yang datang ke psikiater bukan berarti “mad” ya..alias gelong..di luar negeri hal yang sangat wajar seseorang berkunjung ke psikiatri.

btw, tahu gak kalo di sejumlah perusahaan ada program pendampingan karyawan. mirip sama program guru BP saat sekolah dulu.

Fasilitas konseling yang sering disebut dengan program pendampingan karyawan (Employee Assistant Program) fungsi utamanya adalah untuk membantu karyawan dalam mengatasi masalah personalnya yang bisa mempengaruhi performa kerja, kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

Pelayanan ini diberikan gratis kepada karyawan dan anggota keluarganya, sebaliknya perusahaan membayar penuh penyelenggaran konseling untuk memberikan pelayanan tersebut. Dan jangan khawatir informasi kesehatan jiwa di program ini tidak akan bocor, kerahasiaannya sama dengan pelayanan kesehatan fisik.

sudah tahu dong kita punya hak untuk itu…tertarik untuk meminta perusahaan menyediakan fasilitas yang sama??? hehe..coba saja diajukan..who know your so lucky..

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 19, 2011 inci Tidak Dikategorikan

 

Dinas Sosial, Dimana Kreatifitasmu?

sepertinya masalah lonjakan penduduk baru di Jakarta, gak akan selesai dengan operasi yustisi aja ya?perlu aksi kreatif dan tepat dari dinas sosial untuk memperkecil arus migrasi itu. setidaknya, mereka yang hadir memiliki kompetensi dan skill yang dibutuhkan oleh pelaku bisnis di Jakarta.

jangan lagi berfikir “apa saja bisa dijual di Jakarta. apa saja bisa jadi duit”. memang benar, tapi anda butuh kreatifitas, ketekunan, niat, dan kerja keras. ayolah, para sarjana S1 saja mulai sulit mencari pekerjaan, apalagi anda yang tidak memiliki “modal” sama sekali.

tapi, saya penasaran bisakah dinas sosial di jakarta aktif dan kreatif seperti di negara maju lainnya. mereka menjadi fasilitator dan mediator bagi para migran ini. seperti dalam tulisan saya di media Jurnal Nasional, dinas sosial setidaknya menyediakan fasilitas untuk meningkatkan pendidikan dan skill para migran agar sesuai dengan kebutuhan. sekaligus menjadi penyaring dan fasilitas untuk para pelaku bisnis.

gambaran saya, ketika “orang desa” datang ke Jakarta mereka segera mendaftarkan identitas yang berisi berbagai informasi skill ke dinas sosial. disana mereka bisa menunggu dalam seminggu, untuk mengetahui adakah lowongan yang sesuai dengan kemampuannya. Jobs DB nya dinas sosial Jakarta, begitulah gambarannya. selama seminggu itu, mereka juga mendapatkan penyuluhan, setidaknya cara yang tepat untuk memulai peluang di ibukota. misalnya bagaimana menulis surat lamaran, bagaimana menjual diri dalam wawancara, mengetahui skill apa saja yang sedang dibutuhkan DKI Jakarta dll.

tapi ada batasan. mereka hanya memiliki “jatah hidup” di Jakarta satu tahun, misalnya. tentu saja ada penampungan bagi mereka yang tidak memiliki keluarga, dan fasilitas dapur bersama untuk mengakomodasi mereka. lewat dari satu tahun, jika tidak ada kemajuan, mereka dipulangkan. dan jika mereka kembali lagi, harus memiliki kelebihan dibanding sebelumnya. dan dinas sosial memiliki teknik khusus untuk memonitoring mereka. teknologi sekarang saya rasa cukup canggih untuk itu.

berikut tulisan di Jurnal Nasional, yang saya harap segera terbit:

Kriminalitas Jakarta Tinggi:

Dinas Sosial Tidak Bekerja Maksimal

Menurunnya daya dukung hidup di Jakarta, bukan faktor tunggal pemicu meningkatnya tingkat kriminalitas. Ketidakhandalan Dinas Sosial Jakarta menyediakan fasilitas dan informasi yang cukup, khususnya seputar lowongan pekerjaan bagi para pendatang baru dan bertindak tegas menghadapi migrasi besar-besaran dari desa ke kota, ikut pula memicu.

Pengamat psikodinamika dalam masyarakat dari Universitas Indonesia (UI), Lukman S. Sriamin mengatakan, kinerja Dinsos DKI Jakarta seolah-olah dilakukan dengan setengah hati terutama dalam menangani lonjakan pendatang baru di Jakarta. Kebijakan hanya sebatas memberikan denda bagi warga baru dalam operasi yustisi, yang menurutnya bagaikan operasi menyemai calon-calon pelaku tindak kriminal di Ibukota.

”Mereka yang datang tanpa tujuan, tanpa perencanaan yang matang, yang hanya berfikir ’yah, lihat nanti saja setelah tiba di Jakarta’, berpotensi besar melakukan tindak kriminal. Terutama setelah harapan mereka putus dan tidak memiliki solusi untuk bertahan di Jakarta,”ujar Lukman saat dihubungi, Jumat (07/10) lalu.

Tekanan hidup yang sudah pasti jauh lebih besar ketimbang di desa, tidak selalu bisa ditangani dengan baik oleh mereka yang baru datang dari desa. Jika kepribadian mereka tidak kuat, sudah pasti sangat mudah ’jatuh’. Bahkan, Lukman menggambarkan ketika putus asa sudah menghampiri, maka akan sangat mudah bagi mafia-mafia jalanan memberikan ’mimpi indah’. ”Mereka akan mudah dikendalikan, dibakar emosinya, bahkan dibeli dalam arti khusus untuk kepentingan individu atau organisasi tertentu,”katanya.

Itulah mengapa peranan dinas sosial sangat penting, terutama dalam mengawasi, memfasilitasi dan mengatur mereka yang berniat mengadu nasip di Jakarta. Lukman menilai tidak akan sulit bagi Dinsos untuk menyediakan fasilitas pendidikan bagi para pendatang baru Jakarta sekedar untuk mempersiapkan mereka memulai hidup di Jakarta.

Dengan begitu, kecil kemungkinan warga desa yang datang tidak memiliki bekal pendidikan, pengalaman dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan kota Jakarta. Fasilitas ini juga akan memudahkan pemerintah untuk memfasilitasi berbagai kegiatan bisnis di Jakarta yang membutuhkan tenaga kerja yang sesuai.

Namun ketika mereka tidak berhasil, maka tindakan tegas harus dilakukan. ”Beri mereka rentang waktu untuk menentukan apa yang akan dilakukan di Jakarta, selama itu pengawasan tetap dilakukan. Jika dalam rentangan itu mereka gagal, maka tidak ada jalan untuk kembali ke desa asalnya,”kata Lukman.

Ketegasan juga diharapkan dapat ditunjukkan oleh aparat penegak hukum. Kebiasaan aparat mudah melakukan lobi diluar prosedur hukum, memberikan contoh yang buruk bagi penduduk.  ”Ah, mereka yang ketangkap lagi apes saja,” kata Lukman menggambarkan apa yang ada dibenak warga saat melihat tindak kriminalitas di Jakarta.  dan, pemikiran demikian harus segera diperbaiki. “Tunjukkan bahwa penegakkan hukum ada di Jakarta. Di kota-kota maju saja masih kecolongan, apalagi Jakarta,”ujarnya.

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 10, 2011 inci reportase

 

Berfikir Negatif

Cinta hadir untuk memberikan harapan dalam hidup

Jujur. Saya tidak suka “dicap” senang berfikir buruk. Seudzon, begitulah katanya. sedih lho, dibilang begitu. meski saya mencoba berfikir positif, bahwa saya harus belajar juga untuk bisa dikritik.

dulu, saya memberanikan diri untuk menangis di depannya. hanya agar ia juga belajar bahwa “sesuatu” itu menyakiti saya. membuat hati saya terluka. membuat saya begitu “terkejut” dengan tema pembelajaran dalam rumah tangga ini. entah mengapa saya merasa menangis tidak lagi perlu di depannya. dan entah kapan saya memutuskan untuk membawa semua kesedihan itu dalam tidur.

menahan rasa itu tidak baik. emosi ada bukan untuk di tahan (saya benci lagu-lagu radio yang sekarang saya dengar sambil menulis, membuat ingin menangis saja). tapi ia untuk di atur. menemukan cara meluapkannya dengan tepat sehingga tidak membuat yang lain terluka.

diam juga bukan cara yang tepat. saya sadar itu. tapi ini cara saya mengelolanya. agar tidak keluar nama-nama binatang itu dari mulut ini. apalagi harus saya tujukan kepada dia yang saya sayang.

saya lebih senang, diam sejenak dan membicarakannya kemudian, ketika kita bisa berbicara. tapi…sepertinya saat itu hilang sudah. kita memilih untuk membagi waktu tersisa pada mereka buah hati kita.

tapi itu perlu. saya perlu waktu kita berbicara lagi. berbicara apa salah saya. apa yang memberatkan hati mu. apa yang membuatmu kesal. karena saya sangat berharap kita bisa belajar bersama-sama. jangan biarkan semua masalah menghilang dan akan kembali ketika salah yang sama terulang. karena sakitnya lebih dalam.

“Jangan berputus atas saya”…itu sangat penting.

haaaaahhh..bismilah,

“coba pahami, maklumi saja, tidak ada laki-laki lagi seperti dia saat ini..”

ya saya akan coba “lagi” memahami dan memaklumi. semoga dia melakukan hal yang sama dengan saya. Ya tuhan…hanya ada kata “bertahan” untuknya di hati saya..jauhkan kata lainnya.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Oktober 10, 2011 inci aku dan dia

 

Setahun ya?

ternyata dah setahun ya saya gak menulis di blog ini…makasi banget buat teman-teman yang sedia mampir dan meninggalkan komentar. maaf saya gak balas-balas..habis ada FB dan Twit jadi gak keperhatikan deh…

ok deh, mulai hari ini saya akan mulai berbagi unek-unek lagi dengan anda…siapkan telinga dan mata untuk menyimak ya..dan siapkan jari untuk mengetik komentar…

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada September 27, 2011 inci 141945

 

Pemerkosaan Itu Bukan Aib!! Jangan Sembunyikan

jumlah kasus pemerkosaan di negeri ini, atau dimanapun bagaikan fenomena gunung es. hanya mereka yang kuat dan mendapatkan dukungan, berani membela haknya. menjerat si pelaku dengan hukum. bukan menikahkan, bukan membayar ganti rugi…

berikut cuplikan tulisan saya tentang kasus pemerkosaan di KH Jurnal Nasional. semoga bisa mencerahkan..

“Koordinator Pelayanan Hukum LBH APIK Yayah Zuwariyah mengatakan, masih banyak masyarakat yang melihat kasus pemerkosaan sebagai salah satu aib, bukan sebagai tindak kejahatan yang harus diproses secara hukum. Akibatnya, daripada melaporkan ke kepolisian banyak keluarga korban yang memilih penyelesaian secara kekeluargaan. Hak korban pemerkosaan untuk mendapatkan keadilan pun akhirnya pupus bahkan sebelum ia melaporkan ke kepolisian.

”Masyarakat harus menyadari bahwa pemerkosaan adalah aksi kejahatan. Pihak keluarga dan masyarakat harus mampu melindungi hak korban untuk mendapat keadilan,”katanya saat dihubungi Selasa (27/09). Menikahkan korban dengan pelaku tanpa ada proses hukum lebih dulu, ataupun berbagai jenis penyelesaian kekeluargaan lainnya misalnya dengan mengganti rugi, bukanlah hal yang benar, kata Yayah. Karena, bagi masyarakat maupun pelaku tidak akan ada pendidikan efek jera.

Selain merasa hal itu aib yang harus ditutupi, banyak pihak korban yang salah kaprah tentang proses pengadilan. Seperti yang dijabarkan Yayah berdasarkan pengalamannya mendampingi berbagai korban pemerkosaan, keluarga terkadang berfikir bahwa proses pengadilan membutuhkan dana yang besar dan waktu yang lama. ”Mereka juga kerap khawatir proses pengadilan hanya akan menambah beban malu si korban. Padahal itu tidak benar, korban butuh dukungan, butuh orang-orang yang paham kondisinya,”kata Yayah.

Yayah menjelaskan, sepanjang proses pelaporan ke kepolisian dan pengadilan tidak sedikitpun dana yang harus dikeluarkan korban dan keluarganya. ”Jika ada aparat yang meminta ’dana pemulus’, laporkan. Karena sesuai peraturan, keluarga tidak perlu mengeluarkan dana,”tegasnya. Bahkan, saat proses pengadilan korban juga tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk jaksa penuntut.

Dana mungkin sedikit keluar jika korban dinilai butuh pendamping untuk membantu mengikuti proses pengadilan dan psikolog untuk menangani masalah psikologisnya. Dan, jika korban dinilai perlu tinggal di rumah aman untuk mendapatkan perlindungan dan pendampingan.

Pahami Hak Korban

Yayah mengatakan, dalam proses penanganan beberapa kasus terkadang ada aparat kepolisian ataupun pengadilan yang tidak berpihak pada korban bahkan cenderung memojokkan. Diantaranya dengan menganjurkan kepada korban untuk menyelesaikan kasusnya secara kekeluargaan.

Bahkan, saat proses pengadilan ada oknum pengadilan yang seakan-akan memojokkan korban. Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan ”bagaimana rasanya saat diperkosa? Enak tidak saat disentuh?”. ”Korban terkadang dalam posisi serba salah karena ia hanya berhak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan diantaranya bahkan tidak berpengalaman melalui proses pengadilan. Pertanyaan hakim jadi membuat korban bingung dan terpojok,”kata Yayah.

Itulah mengapa, Yayah mendorong agar korban mendapatkan pendampingan untuk memahami hak-haknya dan membela haknya sendiri. Karena di beberapa kasus korban tidak bisa didampingi saat mengikuti proses pengadilan. Ia juga meminta agar para petugas pengadilan dan kepolisian menerapkan pendekatan-pendekatan yang tidak memojokkan, membingungkan dan menekan korban. ”Jangan memberi pertanyaan berdasarkan perspektif sendiri,”ujarnya.”

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 27, 2011 inci reportase

 

Senin Kelabu

Hari ini aku memulai pekerjaan dengan hari yang buruk.
– Pertama teledor tidak melihat jadwal. Mulanya ku abaikan.
– Kedua, berada diruang sidang dan terabaikan semua jadwal dan informasi karena low batre. Buruknya, sidang tertutup sehingga tidak mendapat pasokan listrik, alhasil tidak maksimal buat berita.
– Akupun harus rela ngemper tanpa chas. Kupikir wifinya bisa, oh God. Ternyata tak ada wifi. Kebetulan sekali ya.
– Sinyal sulit. Modempun tak bisa karena HP low.
– Akhirnya ketinggalan lagi deh.

Kupikir dah berhenti sampai disitu kesialan hari ini, khusus dipagi hari sampai siang. Ah ternyata. Rentetan kesialan lain terus datang.

– HP Eror. dua duanya tak konek internet. musti restart sampai 2 kali.
– konek tapi lambat.
– tak mau login ke email. begitu dah pada beres. memori card ndak kedetek. wiiih, kenapa ni….
– rapat kelamaan sampai kelaperan.
– krn hp low tak bisa ngrekam sehingga musti ketinggalan tulisan.
– tak ada duit pula buat makan. Musti antri dulu di ATM. Lama pula. haahhhh…

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 18, 2010 inci Tidak Dikategorikan

 

Penyakitkah?

saya perhatikan..
saya belakangan sangat mudah melupakan sesuatu hal
banyak yang bilang karena saya sedang menyusui anak
hati saya bilang karena saya tidak terlalu ambil peduli dengan apapun
saya merasa tidak berdiri dengan sadar

khawatir saja jika saya kena sindrom nunung
mengalami lupa berat
saya belum mau menjadi pikun
saya masih ingin mendampingi anak dan suami
saya masih ingin mengukir kisah dan mengingatnya dengan baik

jadi saya putuskan untuk mulai menulis diary lagi
kalo di sini..kagak ada privatenya..hehehe

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 11, 2010 inci aku dan dia

 

Bosan atau lelah?

saya bosan, capek..
jika melihat orang yang hal kecil saja begitu emosional

apa saya yang tidak sadar
jika itu adalah hal besar buatnya, sehingga ia pantas untuk emosional

emosinya memang bukan untuk saya
tapi saya sangat tidak nyaman melihat emosi itu

saya juga tidak bisa tutup mata
karena dia dekat dengan saya

seharusnya dia sadar jika emosi saya juga sangat mudah tersulut

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 11, 2010 inci aku dan dia

 

Doaku Untuk Bayi-bayi Indonesia

baru saja saya melihat pemberitaan tentang seorang bayi berusia tiga bulan bernama Rizki di koran tempat saya bekerja. Miris sekali membaca kisahnya..ada lagi dan ada lagi..bayi-bayi Indonesia yang lahir dengan ketidak sempurnaannya..

Kali ini bukan hanya ketidaksempurnaan fisik saja, morfologi luar tubuh..tetapi morfologi organ di dalam tubuh. Seperti Bilqis yang mendadak menjadi top of stories di setiap media karena harus menjalani pencangkokan hati yang biayanya bermiliyar-milyar rupiah. Dan kini Rizki, yang deritanya serupa dengan Bilqis, namun lebih parah. Saat tubuhnya seharusnya tumbuh besar dan bersiap-siap belajar telungkup, perutnya malah kian membesar sementara organ tubuhnya yang lain kecil dan renta. Mirip seperti anak yang kekurangan gizi.

selain menderita kelainan hati, ketiadaan kantung empedu, dinding pembatas perut dan ususnya juga tidak ada..hah…miris..benar-benar miris..

Melihat mereka membuat saya begitu mensyukuri keberadaan RAfi. Yang tumbuh dengan begitu sehat, pintar dan tampan. bahkan perkembangannya melebih perkembangan teman-teman usianya. Hanya kata syukur, alhamdulillah dan terima kasih ya Allah..atas kesempurnaan dan kesehatan yang kau berikan ke anakku..ini adalah berkah yang kau berikan kepadaku dan suami, tetapi juga ujian bagi kami berdua agar tidak tinggi hati dan sombong dengan keindahan Rafi..

semoga keberadaan anak-anak seperti Bilqis dan Rizky bisa menjadi pengingat kami. dan Doaku ya Allah, biarkanlah anak-anak itu tumbuh dengan sehat..sesungguhnya dunia ini adalah sementara untuk mereka, jadi biarkanlah mereka menikmatinya sejenak..pilu hati ini ya allah..mereka lemah..jangan buat mereka tersiksa..

jika ingin membaca tentang Rizky bisa baca di sini

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 10, 2010 inci reportase

 

Akhirnya..The New House

Alhamdulillah…urusan rumah selesai juga..meski masih ngontrak di rumah orang tua,setidaknya bisa nabung dikit..

awalnya, ada pikiran bakal kelelahan jika pulang pergi naik motor. Meski suami sebenarnya yang bakal capek bener. Tapi ternyata jika sudah biasa, alhamdulillah bisa lebih sabar di jalan hahaha..

saya dan suami, sudah putuskan untuk tinggal di depok. Kami sama-sama bekerja di jakarta pusat dan sekitar. Banyak yang bilang kejauhan tinggalnya.

tapi jika mereka tahu fasilitas hidup, rumah dan sosialitas di lingkungan sekitar, pasti menilai kami sangat beruntung.

skarang saatnya mengucapkan bismillah, dan mulai jalanin hidup sebagai warga negara depok..uhui…

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Februari 2, 2010 inci 141945