RSS

Kebon Singkong Medco di Lampung

19 Nov

Singkong sekarang tidak hanya dilirik pengusaha lokal saja loh, terbukti perusahaan energi dari luar negeri rela-relain duitnya buat beli lahan di Indonesia cuma untuk tanam singkong. Yang jelas bukan buat keripik atau tepung tapioka, karena kalau begitu tar saingan lagi sama warga Indonesia.

Tetapi, buat dijadikan bahan bakar alternatif di masa mendatang. Kini, perumusan mengenai perkembangan energi ini sedang gencar dibahas di pemerintahan. Beberapa investor malah sudah tanam modal. Jadi kita lihat saja nanti, bagi kalian yang ingin cari usaha sampingan, tanam aja singkong, dijamin di masa depan jadi juragannya deh…
Bioetanol Berkembang Bila Ada Subsidi

PT Medco Energi Chemicals telah menginvestasikan dana sebesar 45 juta dolar Amerika untuk pengembangan industri energi alternatif bioetanol yang menggunakan bahan baku singkong di Lampung, seperti yang disampaikan Presiden Komisaris Medco Energi Chemicals, Djatnika S Puradinata

Rencananya, “industri tersebut akan mulai beroperasi Februari 2008 dengan kapasitas produksi mencapai 180 kiloliter per harinya atau mencapai 60 ribu kilo liter per tahunnya,”ujar Djatnika yang ditemui Jurnal Nasional, dalam acara Kongres “World Renewable Energy; Regional Congress and Exhibition 2007” yang diadakan di Hotel Grand Hyatt, Senin (05/11) lalu.

Jika dibandingkan dengan kapasitas produksi di Brazil yang mencapai 500 kiloliter per harinya, “produksi di Indonesia tergolong masih sangat sedikit,”ujarnya.

Djatnika menambahkan, untuk mencapai target produksi Medco sedikitnya memerlukan 1200 ton singkong per harinya. Jika diasumsikan setiap hektar ladang singkong menghasilkan 30 ton sekali panennya, maka diperkirakan luas lahan yang dibutuhkan mencapai 13 ribu hektar.

“Untuk memenuhi pasokan bahan baku untuk mencapai target industri, Medco sementara ini membeli dari para petani sekitar karena belum memiliki lahan tanam sendiri,”jelas Djatnika lulusan Institut Teknologi Bandung tahun 1976 ini.

Sistem kerja sama yang digunakan dengan petani termasuk dengan memberikan bantuan awal untuk para petani demi mendukung peningkatan produksi hasil tanam. Diantaranya dengan menyediakan bibit singkong unggul, pupuk, pestisida dan lainnya.

Namun, tidak tertutup kemungkinan Medco akan memiliki lahan, karena ia merupakan salah satu strategi terbaik dalam mengembangkan industri bioetanol. Terutama karena harga bahan baku yang diproduksi lahan sendiri, tidak akan terganggu oleh fluktuasi harga di pasar.

Kelebihan Ubi Kayu Dibandingkan Tanaman Lainnya

Djatnika mengatakan, pabrik yang dibangun di Lampung bersifat multi feed stock design, sehingga bahan baku yang digunakan beragam jenisnya. Bisa didapatkan dari tetes tebu dan singkong. Akan tetapi untuk saat ini Medco memilih untuk memulai industri menggunakan bahan baku singkong.

Alasannya antara lain singkong merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani di Indonesia dan dapat ditanam dengan mudah di seluruh kawasan Indonesia meski tingkat kesuburan tanah di lahan tanam rendah. “Singkong merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Ditambah lagi tahan dari cekaman biotik dan biotik,”jelasnya.

Selain itu, singkong dapat berproduksi dengan baik di lingkungan sup-optimal dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman lainnya. Bahkan, dengan adanya kemajuan teknologi pertanian saat ini produksi singkong meningkat dari awalnya kurang dari 10 kilogram menjadi lebih dari 20 kilogram per satu pohonnya.

Mengutip dari penelitian yang dilakukan Wahono Sumaryono dari Departemen Pertanian RI, sumber etanol tidak hanya berasal dari tebu dan singkong melainkan juga bisa didapatkan dari jagung, ubi jalar, sorgum, sweet sorgum, kentang, beet dan juga padi.

Namun, dari hasil penelitian tersebut diketahui efisiensi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya mencapai 400 liter per 1000 kilogram. Diikuti tetes tebu yang mencapai 250 liter per 1000 kilogramnya dan ubi kayu sejumlah 166,6 liter per kilogramnya. Tampaknya, kesimpulan tersebutlah yang menunjang Amerika memutuskan kebijakan memilih jagung sebagai bahan baku bioetanol.

Namun, bila diimplementasikan dari hasil panen masing-masing jenis tanaman maka tanaman yang menghasilkan etanol dengan produktivitas tertinggi adalah tebu disusul dengan ubi kayu. Itulah mengapa awal perkembangan industri bioetanol di Indonesia oleh sejumlah perusahaan memilih menggunakan bahan baku tetes tebu. Terlebih lagi, teknologi yang digunakan untuk memprosesnya tergolong murah.

Sayangnya, perkiraan jumlah produksi tetes tebu per tahunnya tidak dapat memenuhi kebutuhan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk industri skala besar. Selain itu, industri bioetanol menggunakan tetes tebu akan bersaing ketat dengan kebutuhan pangan. Maka beralihlah para pelaku industri bioetanol menggunakan bahan baku singkong.

Menanggapi adanya ketakutan pengembangan bioetanol di Lampung akan bersaing dengan pemenuhan kebutuhan pangan, Djatnika menjelaskan bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku non-konsumtif. “Singkong yang digunakan tidak dapat dikonsumsi karena beracun,”ujarnya.

Singkong yang dimaksud dikenal dengan singkong mukibat. Selama ini singkong yang banyak ditanam secara tradisional oleh warga Lampung khususnya dikawasan utara, digunakan sebagai bahan baku tepung tapioka.

Djatnika menambahkan pengembangan bioetanol di Lampung harus sesuai dengan prinsip pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia yang tidak hanya menitikberatkan pada pemenuhan pasokan energi saja.

Melainkan juga untuk mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyiptakan lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran (pro-job), memperkokoh pembangunan nasional yang berkelanjutan (pro-growth), dan mendukung aksi penyelamatan bumi dari efek pemanasan global (pro-planet).

Pengembangan Bioetanol Perlu Subsidi

Menanggapi dukungan pemerintah dalam industri pengembangan BBN, Djatnika menyatakan Medco sama sekali tidak menghadapi kendala terutama untuk izin penggunaan lahan hak guna usaha (HGU) yang kebanyakan kini terlantar dan tidak produktif.

Djatnika mengatakan 100 persen dari hasil produksinya nanti akan diekspor ke beberapa negara di kawasan Asia, semisal China. Tetapi, dalam bersaing di pasar dunia Indonesia juga memiliki pesaing diantaranya Thailand, Filipina dan China. “Akan tetapi mereka juga baru mulai mengembangkan sama seperti kita”.

Ditanya apakah ada rencana untuk juga menjualnya secara domestik, ia mengatakan “jika pertamina memberikan harga yang cukup baik mengapa tidak”. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya sulit untuk terealisasi terutama kala pasar domestik belum terbangun.

“Belajar dari pengembangan biodisel Pertamina sebelumnya, mereka mengalami kerugian yang lumayan besar,”katanya, pasalnya masyarakat lebih memilih untuk tetap mengonsumsi bahan bakar dari fosil dibandingkan BBN.

Menurutnya, harga BBN di dalam negeri akan kompetitif jika subsidi pemerintah untuk BBM dicabut sepenuhnya, atau memberikan subsidi pula kepada BBN. “Sumber dana subsidi cukup banyak kok, industri, para pendukung pengembangan BBN dan masyarakat kan membayar pajak,”ujarnya.

Selain itu, kebijakan pemerintah yang turut mendukung perkembangan bioetanol di Indonesia juga dirasakan berperan penting. Semisal, penyediaan kendaraan yang menggunakan BBN ataupun bahan bakar rumah tangga yang beralih ke BBN.

“Pemerintah Indonesia selama ini sudah banyak melakukan observasi mengenai energi terbarukan. Sayangnya kelanjutannya baru sedikit yang dilakukan,”jelasnya.

Suci DH

 
25 Komentar

Ditulis oleh pada November 19, 2007 inci reportase

 

25 responses to “Kebon Singkong Medco di Lampung

  1. gelar

    Januari 18, 2008 at 1:33 am

    I’m so interesting with this topic,,by the way, saya lagi terlibat lomba penulisan makalah ilmiah tingkat fakultas nih, dan judul yang diangkat tentang bioetanol berbahan baku ubi kayu kultivar darul hidayah. tapi dari bbrp literatur yang saya baca, ternyata masih banyak tanaman lain memiliki beberapa keunggulan lebih baik (sebagai bahan baku bioetanol)daripada ubi kayu. tapi di artikel ini saya bisa menemukan jawaban, kenapa harus ubi kayu bukan tebu, atau bukan jagung?!
    walau demikian, saya masih memerlukan literatur yang lebih meyakinkan, yang menunjukan keunggulan ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol dibandingkan tanaman lainnya..dari berbagai aspek..
    so, can you do me a favor, how to find a complete information about that…

    oia, apakah kultivar darul hidayah adalah varietas terbaik sebagai bahan baku bioetanol?
    di atas disebutkan, singkong yang ditanam sbg bahan baku bioetanol itu beracun, tapi ko’ dibuat tepung tapioka sama warga di lampung…
    hatur nuhun.

     
  2. yoyo'

    Juni 27, 2008 at 3:51 pm

    Mbak, kalau Medco mah bukan perusahaan luar negeri. Pendirinya aja pribumi. Kalau sekarang jadi perusahaan bertaraf internasional bukan berarti jadi perusahaan luar negeri. Lain kali kalau nulis mungkin bisa lebih teliti, soalnya kan tulisannya dibaca orang di seluruh dunia.

     
    • arr

      September 26, 2010 at 10:31 pm

      tambahan ralat juga, Pak Djatnika merupakan preskom di PT Medco Downstream Indonesia bukan PT Medco Energi Chemicals (PT ini tidak pernah ada), mungkin lain kali bisa lebih teliti dan hati-hati.

       
  3. agu3st

    November 4, 2008 at 1:19 pm

    mbak suci saya sangat tertarik tpi kalo boleh saya tw karakteristik singkong yang seperti apa yang bisa d buat bioetanol
    bagaimana proses pembuatannya

     
  4. suci

    November 5, 2008 at 4:00 pm

    saat ini sudah ada beberapa jenis singkong yang sudah didaulat menjadi produk singkong unggulan untuk memproduksi bioetanol, pak agus. Pada intinya adalah, singkong yang dimaksud tentu memeliki kandungan etanol yang tinggi, mudah untuk diproduksi secara massal, dan sama sekali tidak mengganggu persediaan pangan untuk masyarakat.

    untuk proses pembuatannya, nanti akan coba saya tuliskan lagi. Tapi ada sebuah situs yang saya temui sedikit lebihnya menjelaskan prosesnya. bisa di klik di http://www.pasamu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:cara-membuat-bioetanol-dari-singkong&catid=1:latest-news&Itemid=18

    selamat mencoba ya

     
    • Hendri Dunan

      April 13, 2011 at 11:20 am

      maaf hanya coba memperjelas saja,bahwa sebenarnya singkong yang tepat untuk proses bioethanol adalah singkong yang memiliki kandungan Pati yang tinggi ( 25 % up ) karena dengan kandungan pati yang tinggi maka glukose yang dihasilkan juga tinggi sehingga saat proses fermentasi kandungan ethanol yang dihasilakn juga akan tinggi ( +/- 8 % up)

       
  5. Widyanto Utomo

    April 10, 2010 at 3:51 pm

    Mohon informasi apakah pabrik ini sudah beroperasi dan alamatnya dimana. Apakah Medco menerima pasokan dari petani secara langsung atau harus melalui rekanan yang telah ditetapkan oleh Medco. Kemana atau dengan siapa saya harus kontak untuk kerjasama pengadaan singkong sebagai bahan baku. Terimakasih untuk balasan atau penjelasannya.

     
    • arr

      September 26, 2010 at 10:07 pm

      pak utomo, saat ini pabrik sudah beroperasi penuh dan menerima dari petani secara langsung, untuk alamat bisa datang ke pabrik di desa talang jali, kotabumi

       
    • Hendri Dunan

      April 13, 2011 at 11:15 am

      Sekedar Menambahkan, bahwa PT.Medco Ethanol Lampung saat ini telah operasional continue, dan klo bicara tentang bahan baku maka perusahaan menerima singkong dari seluruh sumber termasuk dari petani langsung, dengan syarat sesuai dengan mutu yang ditetapkan perusahaan. untuk lebih jelas dapat langsung ke Plant Office di Kotabumi Utara..

       
  6. lalalala

    April 15, 2010 at 5:54 pm

    medco dulu pernah keq gitu. cuma gara2 keq gt.. tersendat dia punya pasokan.. sebelum dia punya lahan.. dia pernah ambil dari petani.. cuma kadang dari petani suka nga stabil stok nya.. maka dari itu dia buat lahan sendiri.. klo maw kontak.. ke gedung energy aja pak.. buat proposalnya. dari sana bisa di teruskan..

     
  7. thomas

    Juni 7, 2010 at 8:12 pm

    Dear bu suci,

    Sy sedang tertarik untuk menanam singkong secara masal, sy sdh melihat potensi singkong ini ke depan. Tapi, sy kesulitan untuk menentukan jenis bibit yg tepat untuk menghasilkan singkong perpohon yg maksimal, diartikel dikatakan ada bibit yg dapat menghasilkan 20kg perpohon! Sy rasa itu sangat fantastis! Boleh di rekomendasikan ke saya dimana sy dapat menghubunginya. Dapatkah sy menghubungi bu suci untuk bertukar pikiran mengenai singkong, jika ya mohon di berikan tlp yg dapat sy hubungi. Terimakasih atas perhatiannya.

    Regards,

    Thomas

     
    • arr

      September 26, 2010 at 10:15 pm

      pak thomas, rata-rata bibit yg digunakan adalah casesa atau thailand dan beberapa lainnya, untuk produktivitas 31ton – 40 ton/ha (proven), sy pernah dengar untuk bibit yg menghasilkan 20kg/pohon mungkin adalah hidayah (sangat2 fantatis), mereka pernah coba di sukabumi tp blum tau apakah proven apabila dalam bentuk mass production.

       
  8. Mulia

    Agustus 25, 2010 at 12:52 pm

    Bu suci saya juga tangat tertarik dengan singkong dan bioetanol. kalau boleh saya juga minca CP bu suci.

     
  9. adef pasko putra

    Oktober 20, 2010 at 4:59 am

    to ibu suci…..

    Bu…tolong informasi mengenai pertumbuhan yang baik untuk mendapatkan hasil panen yg memuaskan…..

    pupuk pertama pada saat umur berapa bulan..???

    untuk per hektare memerlukan berapa banyak pupuk…?

    Thanks ibu suci….di tunggu balasannya…

     
  10. henry

    Januari 7, 2011 at 7:55 am

    saya ingin tau pak saya dengar ada bibit terbaru singkong mukibat yang menghasilkan sangat besar hasil panenya, saya ingin tau apakah Medco menerima singkong mukibat tersebut,saya ada rencana untuk menanam di kebun saya,tolong pak penjelasanya supaya saya bisa ambil keputusan…?? terima kasih…

     
  11. Novi

    Maret 31, 2011 at 9:17 am

    Satu lagi, Pak Wahono Sumaryono itu kayaknya orang BPPT.
    Atau saya yang baru tahu beliau pernah di Departemen Pertanian.

     
  12. NURDIN

    April 22, 2011 at 10:20 pm

    kenapa kok susah bener cari bibit unggul,apakah ini karena persaingan sehingga terkesan sedikit sekali informasi tentang bibit unggul itu. Mestinya Pemerintah sudah bisa dan lebih gencar lagi mempromosikan bibit unggul yg sudah diteliti. Trims

     
  13. Anwar

    November 12, 2011 at 9:31 pm

    Bio ethanol memang baik utk mencegah polusi udara & global warming. Permasalahan lingkungan sudah mulai akan timbul saat memproses bio ethanol. Ketika fermentasi berlangsung sebagian besar gula akan diubah menjadi CO2. Proses destilasi, mulai membakar energy fosil seperti batu bara/minyak bumi, utk mendapatkan panas destilasi. Perlu kebijakan yg benar2 terintergrasi mulai dr hulu s/d hilir shg energy bio ini benar2 clean. Tdk hanya clean saat aplikasinya, ttp juga clean saat processnya. Membangun industri bio ethanol dekat dg energy panas bumi, mungkin akan menjadi solusi sinergy yg menarik.

     
    • suci

      Februari 13, 2012 at 1:04 pm

      hi,anwar..

      thx to share ya..bener banget, industri di Indonesia sudah saatnya untuk berfikir dari hulu hingga ke hilir. terutama untuk produk-produk yang selama ini hanya produk baku, bukan barang jadi. padahal kita mampu. ahli-ahli lingkungan kita yang bisa memberikan solusi juga cukup banyak. yah, just say ini hanya butuh political will aja..so ayo dorong pemerintah biar cerdas, tidak hanya cerdas politik..

       
  14. John Waas

    Desember 29, 2011 at 1:35 am

    Singkong unggul darul hidayah dapat menambah devisa negara Sebaiknya di olah olleh bangsa INDONESIA menjadi BIO ETHANOL

     
  15. John Waas

    Januari 27, 2012 at 7:04 am

    UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI SINGKONG INDONESIA PARA BUPATI WAJIB BEKERJA SAMA DENGAN PIHAK PERBANKAN SETEMPAT UNTUK MEMPERSIAPKAN PENDANAANNYA TERMASUK PENYULUHAN OLEH PARA PAKAR DAN HARUS MENCARIKAN MARKETINGNYA DI INDONESIA MAUPUN UNTUK EXPORT INI ADALAH SUATU KEWAJIBAN YG WAJIB DILAKSANAKAN OLEH PARA BUPATI MAUPUN PARA GUBERNUR KARENA BANK INDONESIA SUDAH SIAP MEMBANTU

     
  16. Shumy Hasan

    Februari 22, 2012 at 10:46 am

    Oh…Singkong, ternyata enkau menjadi bahan penelitian akhir study Aku,,Teruslah tinkatkan Produksi singkong untuk masa depan indonesia,,,

     
  17. Hadi Wijaya

    Oktober 3, 2012 at 2:57 am

    Mbak suci yg tehormat…. saya adalah petani singkong di wilayah lampung. dengan luas lahan 25 hektar, dan bersam kelompok tani yg saya bina berjumlah 50 anggota, dengan luas lahan kurang lebih 150 htr. pada saat ini kami menjual singkong pada tengkulak di daerah kami yg harganya masih sangat murah, ini kami lakukan karna kami di modali pupuk oleh mereka jadi terpaksa kami jual hasil kami ke mereka, pada kesempatan ini kalo boleh saya minta tolong pada mbak suci untuk mencarikan investor untuk bekerja sama dalam usaha ini, kami sanggup menyediakan lahan lebih luas lagi jika ada infestor yg bermodal, sebelumya kami haturkan terima kasih besar harapan kami mbak bisa mencarikan apa yg saya harapkan tadi untuk komisi bisa kita bicarakan. ni no hp ku 082179854567

     
    • stepanus

      Desember 17, 2013 at 12:18 pm

      saya petani singkong di lampung mungkin kita bisa bekerjasama

       
  18. griya batik almasa

    Juli 19, 2013 at 11:49 pm

    assalamualaikum..wr.wb.
    bu suci yg terhormat, dan anda yg aktif & dinamis dlm hal ini utk kmajuan & manfaat SINGKONG.
    ada sdikit ganjalan dr saya utk pnyambutan anda dgn pertnyaan dr bbrpa teman diatas yg mana justru pertanyaan mereka sgt berperan ptg skali dirasakan pd stiap petani singkong dilampung..
    please supaya anda mnjawab transparan request dr ;
    BPK WIDYANTO UTOMO,TOMAS,MULIA,ADEF PASCO PUTRA,HENRY,JG BPK HADI WIJAYA..
    jd tdk terkesan opini anda yg hnya mmbuat mnggantung & rasa pnasaran saja bu suci, sungguh prtanyaan mereka sgt lah paling ptg dirasakan tntu bagi petani singkong d lampung. nuhun.

     

Tinggalkan komentar