RSS

I Loved Oprah Winfrey

13 Agu

Well, siapa yang tidak kenal dengan salah satu pembawa acara terkemuka asal Amerika, Oprah Winfrey? Saya yakin mereka yang punya televisi dan menontonnya pasti mengenal Oprah, yang terkenal dalam acara Oprah Winfrey Show-nya. Wanita Afro Amerika ini selain pawai dalam meluncurkan berbagai pertanyaan yang jitu kepada narasumbernya tanpa menimbulkan kesan menyelidiki, ia juga dikenal karena kemurahan hatinya.

winfrey2.jpg

Jika Anda mengikuti berbagai episode acara shownya yang berhubungan dengan para korban badai besar Katrina di Amerika yang meluluh lantahkan kawasan seluas 200.000 kilometer kubik di Amerika, (sama besarnya dengan Britania Raya) terlihat dengan jelas kemurahan hatinya.

Bukan hanya sekedar menyisihkan uang pribadinya, tetapi juga berhasil menggugah warga Amerika dan penonton setianya di dunia untuk ikut bergabung mengembalikan kehidupan satu jiwa warga yang terkena dampak badai Katrina.

Bayangkan, atas usahanya itu ia berhasil membangun beberapa “perkampungan layak huni” di beberapa kawasan Amerika sebagai tempat tinggal baru bagi para korban Katrina hanya dalam waktu setahun. Satu hal yang paling jarang kita temui di Indonesia, terutama kecepatan pemerintah dan warga dalam menanggapi para korban bencana. Paling-paling yang kita sampaikan hanyalah makanan, pakaian dan obat-obatan. Pernah gak ada yang menyumbangkan satu rumah untuk satu keluarga korban gempa di Yogyakarta?

Eit, sudah berpaling dari mbak yu’ Oprah ni, baiklah kita kembali ke topik pembicaraan.

Oprah Winfrey bukanlah seorang wanita yang terlahir dengan kehidupan yang bercukupan seperti saat ini yang ia milik (dugaan besar kekayaannya mencapai 1,3 miliar Dolar Amerika). Tetapi ia membangun itu dengan berbagai pengorbanan, tekanan, kesabaran dan ketekunan.

Bisa dibilang pepatah yang menyebutkan “bersusah-susah dahulu baru bersenang kemudian” benar-benar ia alami. Masa kecil Oprah
yang lahir di Kosciusko, Mississippi pada 29 Januari 1954, dekat dengan bau berbagai hewan ternak. Wajar saja karena ia dibesarkan oleh sang nenek di perternakan selama enam tahun. Tetapi jangan dikira kehidupannya senang-senang, dengan susu dan telor dari peternakan menjadi sarapannya setiap hari. Sifat neneknya yang keras, terlihat pula saat mendidiknya.

Oprah mulai menunjukkan bakatnya, saat pertama kali berbicara dimuka umum umat gereja dimana ia sering datang bersama neneknya.Tepatnya kala itu ia berusia tiga tahun. Setiap jemaat yang ikut mendengarkan Oprah kala itu, setuju jika ia memiliki bakat alami untuk tampil di muka umum. Sejak itu, orang-orang yang tergabung dalam perkumpulannya menjadi lebih sering membicarakannya. Ia pun secepat kilat menjadi begitu populer.

1095-oprah-winfrey.jpg

Namun, saat ia berusia enam tahun, sang ibu Vernita mengambilnya dari didikan sang nenek karena mendapatkan pekerjaan di Wisconsin. Setelah itupun kehidupannya tidak berubah menjadi lebih baik.Bahkan, karena kesibukan sang ibu sehingga tidak memiliki banyak waktu menjaganya, Oprah mengalami pelecehan seksual oleh sepupunya sendiri. Kala itu usianya baru 9 tahun.

Setelah sang ibu merasa tidak mampu lagi untuk melindungi Oprah, ia pun dikirimkan ke ayahnya di Nashville. Sang ayah ternyata seseorang yang sangat tegas dan disiplin hingga membuat Oprah ketakutan. Awalnya ia sama sekali tidak menyukainya, namun belakangan pendidikan tegas sang ayah berbuah manis.

Nilai-nilai sekolah Oprah melonjak dan ia pun semakin banyak dikenal orang, terlebih lagi setelah sifatnya mulai berubah menjadi lebih lembut dan terbuka. Kehidupan remajanyapun berjalan sempurna, hingga tiba masanya ia menentukan hidupnya sendiri.

_40783970_oprah203ap.jpg

Hidup pun mulai tunjukkan kekuatannya dengan mempertemukannya dengan seorang produser acara di stasiun televisi di Nashille dan menjadi pembawa acara. Oprah Winfrey Show pertama kali diluncurkan par atahun 1986, dan langsung meroket.

Bahkan, mampu mengalahkan peringkat pertama pembawa acara terpopuler saat itu Phill Dpnahue Show, tanpa waktu lama. Banyak yang berpendapat, keberhasilan acara ini tidak lain karena kemampuan Oprah mengenal keinginan para penonton yang dominan menyukai hal berbau lelucon, Kejujuran, dan kepribadian yang membumi.

Begitulah Oprah, bagai kacang yang tidak melupakan kulitnya. jika saja ada 10 orang seperti Oprah di dunia ini, percayakah Anda dunia ini akan menjadi lebih baik? sekali lagi ketepatan pepatah, yang bunyinya berubahlah dari dirimu sendiri jika ingin merubah dunia. hm…let’s start guys…

g1_u7458_oprahsouthafrica.jpg

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Agustus 13, 2007 inci aku dan dia, home, reportase

 

2 responses to “I Loved Oprah Winfrey

  1. ikot

    Agustus 14, 2007 at 4:13 pm

    gue juga awalnya suka ama oprah, tapi gue berhenti kagum sama dia karena menurut gue dia terlalu amerika.
    bukannya gue anti amerika, tapi oprah punya kecenderungan menganggap amerika lebih baik dr negara lain.
    dulu, pernah ada episode yg menganggak tema perempuan-perempuan di seluruh dunia.
    Waktu itu, ada dari arab saudi. dia bilang kalau di negaranya perempuan tak punya hak pilih, TAPI saking makmurnya kesejahteraan mereka diperhatikan sama pemerintah. dan perempuan2 arab saudi terkenal suka berbelanja barang2 mewah.
    Nah, si oprah ini, menganggap mereka terjajah karena tak punya hak pilih. si perempuan arab ini udah ngomong,”buat apa hak pilih kalau kami sejahtera? toh semuanya diperhatikan negara.”

    dan di episode itu gue ilfil bgt ama oprah. belum lagi komentarnya ttg jenis2 makanan di rusia dan hal lainnya. Jadi, ci, sejak itu gue berhenti mengangumi oprah. pikirannya sempit. dan gue heran sama kebanggaannya krn tidak menikah tapi punya pacar yg udh kayak suami. kayaknnya hebat bgt gitu dia nggak butuh laki2,tp berpacaran.

    ya gitu aja sih….

     
  2. suci

    Agustus 14, 2007 at 4:55 pm

    well every body have their bad side, isn’t she? heheh…sebelumnya makasi loh atas komentarnya. Btw, dia dah putuskan? hem, belum jodoh juga kayaknya. Tentang perempuan-perempuan itu, apakah termasuk sifat nasionalismenya, kot?

     

Tinggalkan komentar